Pagi ini, 20 Januari 2017, kita akan terbang ke salah satu destinasi favorite di Asia Tenggara, Negara dengan 1000 Pagoda, Thailand. Yeaaaaay~~ Kita akan berkunjung ke another negara dengan bahasa yang bakalan bikin ngakak guling-guling. Sawadeekhaaaa~~ Kamlakhaaaa~ Khop Khun Khaaa~~ Cacalacaimaaa khaaaa~~ *baca sambil pencet idung biar nadanya pas. Bindeng-bindeng gimanaaa gitu. Ya Allaaah ampunilah dosa kami yang suka ngeledek bahasa orang. xDD
Oke~ mari kembali ke jalan yang benar.
Sebelum berangkat, petugas airlines membagikan arrival card Thailand kepada semua penumpang (non-Thailand resident) yang sudah stand-by di waiting room. Arrival card ini wajib diisi selengkap-lengkapnya dan nantinya akan diserahkan ke bagian custom imigrasi saat cap paspor. Arrival card Thailand sepaket dengan departure card-nya. Jadi nanti saat meninggalkan Thailand, departure card juga harus diserahkan kembali ke petugas imigrasi.
Arrival Card Address diisi dengan alamat hostel |
Departure Card |
Jangan lupa untuk selalu siap sedia pulpen ya guys. Dan akan lebih baik jika semua dokumen perjalanan (inc. paspor, tiket pp, boarding pass, booking hotel, kartu2, dan pulpen) ditaro di dompet/tas khusus.
Pukul 7:30, announcement buat boarding pun berkumandang. Kita pun berjalan memasuki pesawat. Wah sungguh ga sabar untuk terbang lagi. Ditambah lagi kita semua sangat mengantisipasi informasi di dalam pesawat. Yuhuuuu kali ini informasi di dalam pesawat pastinya akan bikin sakit perut. Kolaborasi bahasa Malaysia dan Thailand dooong. Kebayang kan? Betapa sulitnya kita nahan tawa selama di pesawat. Pas yang bahasa Malaysia aja, udah pengen guling-guling. Apalagi ditambah dengan Thailand.
Perjalanan menuju Bangkok ditempuh dalam 2 jam. Berhubung waktu Malaysia lebih cepet 1 jam dari Bangkok, jadi seolah-olah kita cuma terbang dalam waktu 1 jam. Pukul 8:55 waktu Thailand (sama dengan WIB), kita mendarat di Don Mueang International Airport.
Sebelum landing, gue agak heran karna melihat pemandangan yang super familiar dari atas. Banyak sawah dan hampir tak ada skyscrapper. Kayak lagi pulang kampung dan mau mendarat di BIM Padang. Nah, pas pesawat udah menyentuh landasan, gue dibikin semakin heran. Ini Bangkok apa Padang~? Kok airportnya semacem mirip? Gue masih berusaha meyakinkan diri kalo ini Bangkok lho. Ya! Ini Thailand bukan Padang. Kita ga salah pesawat kok. Ini buktinya~ Ada tulisan cacing-cacingnya kok: *ngomong sendiri*
Don Mueang International Airport (DMK) |
Oke. Mungkin cuma tampak belakangnya aja yang begini. Mari kita masuk ke airportnya. Kita pun turun dari pesawat menuju arrival hall.
Sawadeeeekhaaaaa~~~ *jangan lupa sambil pencet hidung* |
Omaigaaaaat. Kita semua bener-bener mental breakdown. Kalo kata orang Korea "멘붕" (Membung). Terutama gue sih kayaknya. Pertama, shock liat airport yang bahkan di dalemnya pun juga kayak BIM versi agak gedean dikit. Dan yang lebih parah lagi, shock liat situasi kotanya yang sangat teramat di luar ekspektasi seorang pecinta gemerlapnya kota kayak gue. Gue pikir Bangkok itu bakal kece badai. Soalnya destinasi favorite kaaan~ Yaaaaa~ walaupun ga bakal semegah Hong Kong, at least lebih kece lah dari KL, apalagi dari Jakarta. Ternyata oh ternyata, beti alias beda tipis ama Jakarta. Malah kadang gue merasa lebih kece Jakarta. Rasanya pengen nangis. Beginilah akibat berekspektasi terlalu tinggi.
Sepanjang jalan kayaknya nyawa gue bener-bener ga berada di badan. Sampe temen-temen pun prihatin melihat gue mangap lemes keluar bandara. Tapi, ada juga yang "bahagia" di antara kita. Bahagia merasa tertantang untuk menaklukkan negara ini. Ya siapa lagi kalo bukan temen gue yang paspornya 24 halaman Hahaha. Katanya "wah justru yang kayak gini yang lebih menantang Ciiiim."
Eits, walaupun gue super mental breakdown, bukan berarti ga menikmati perjalanan di negara ini. Ini cuma first impression gue doang terhadap Thailand. Petualangan dan jalan-jalannya mah seruuuuu abiiiiiiiiiiiiiiiis brooooo. Banyak kejadian yang bener-bener SUPER tak terlupakan.
Emang ya~ "It doesn't matter where you're going. But it's who you travel with". I love you full gengs~ Gue akui ini lebih seru dibandingin gue ke Korea.
Ups terlalu banyak intermezzo ya gue. Swarryyyy~ let's go back to the main story.
Sebelum bener-bener keluar airport, pastinya kita harus melewati imigrasi terlebih dahulu. Entah kenapa imigrasinya juga sepi. Padahal Thailand terkenal juga dengan imigrasi yang super mengular. Hmmmm mungkin ada hubungannya kali ya sama mangkatnya Raja, jadi jumlah turis agak menurun. Lagi-lagi gue bisa langsung menuju meja petugas imigrasi buat cap paspor. Tak lupa untuk menyerahkan arrival card yang udah diisi. Petugasnya ga langsung ngasih cap tapi kepo dikit.
Petugas: What's your visit purpose?
Gue: Holiday
Petugas: Where do you stay?
Gue: Restiny Hostel
Petugas: Destiny??
Gue: Rwes~~tiny *lebay ala-ala british xDD*
Petugas: Ooo Restiny. *senyum dan ngasih cap di paspor* Welcome to Thailand
Gue: Khop Khun Khaaaa... *sambil senyum - pencet hidungnya dalem hati aja. xDDD
Andaikan imigrasi di mana-mana bisa seramah Mba-mba itu.
Finallyyyy~~ sah menginjakkan kaki di Thailand walau dengan kondisi yang masih mental breakdown.
Hal pertama yang kita lakukan adalah beli simcard Thailand di counter True Move. Sengaja kali ini beli simcard biar stay connect soalnya Thailand bukan negara yang ada wifi dimana-mana (baca: bukan negara maju macam Jepang, Korea, dkk). Kan udah dibilangin 11 12 ama Jakarta. >.<
Jadi, kalo mau tetep bisa exist di sosmed, gue saranin buat beli provider lokal. Lebih murah dibandingin aktifin paket roaming.
Cara menuju counter True Move:
Belok kiri setelah exit di atas |
Jangan tergoda sama tawaran Mba-Mba Mas-Mas yang BUKAN dari counter True Move. Harganya lebih mahal. Kalau dari True Move langsung, hanya 199 THB untuk paket 1 minggu. Nanti Mas & Mba di counter, bakal membantu untuk setting HP.
Setelah HP bisa connect dengan lancar, kita pun melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah BTS Mo Chit Station.
BTS Mo Chit (From DMK Airport)
How to get there?Naik Shuttle Bus A1. Shelternya ada di depan pintu keluar airport.
Turun di BTS Mo Chit
Fare: 30 THB
Jangan ikuti panah ini. Ini bukan tempat bus yang dimaksud.
Kita terjebak gegara petunjuk arah ini. Sehabis dari counter True Move, kita langsung berjalan sesuai petunjuk arah untuk naik "Bus". Berdasarkan papan petunjuk tersebut, kita harus naik ke lantai 2. Omaigat dan harus manual banget pake tangga. Kita mikirnya "Ya ampuuuun~ Thailand emang manual banget. Airport macem apa kok ga ada eskalatornya." Kita harus menaiki anak tangga untuk mencapai halte yang dimaksud. Belum lagi, salah satu di antara kita ada yang harus ngangkat-ngangkat koper buat naik tangga ini. Untungnya semuanya pantang menyerah.
Kita lanjut sampai akhirnya ketemu pintu keluar menuju tempat yang dikira halte bus A1. Lagi dan lagi dibikin shock karna di tengah jalan raya, kita harus menuruni anak tangga besi yang kecil dan lumayan tinggi. Sampe di bawah kebingungan karna ga ada tanda-tanda halte bus. Terlebih lagi kita berada di perbatasan antara 2 jalan raya. Di sana cuma ada kendaraan yang lalu lalang. Ga ada tanda-tanda bakalan berhenti. Semacem jalur cepat kalo di sini. Sampai akhirnya kita ketemu sekumpulan warga lokal yang lagi nunggu di semacem Halte. Pas nanya ke dia, sebenernya dia pengen jelasin tapi bingung harus berbahasa apa. Ujung-ujungnya kita mundur dengan teratur. Walaupun ga menjawab pertanyaan tapi kita mengerti itikad baik Si Mba-nya.
Walau kebingungan tapi masih dengan semangat 45 mencari shelter bus A1. Kita mutusin balik lagi mendaki anak tangga besi itu. Kembali ke posisi awal yaitu depan True Move. Fiuuuuuh like finally~~ kita menemukan tulisan ini:
Karma does exist guys. Mungkin ini karma buat kita. Kemaren seharian ngeledekin KL, sekarang dibales sama Bangkok.
Hahahaha
Tak begitu lama menunggu, bus pun datang. Mental breakdown untuk kesekian kalinya. Kirain A1 bakalan kece secara kan angkutan bandara. Oh God, ternyata semacam P54, patas Depok-Grogol yang sering gue naikin kalo mau ke TA jaman-jaman kuliah.
Ini dia fotonya. Please jangan shock ya!
Gue menaiki bus dalam keadaan mangap. Pada awalnya ga sanggup bahkan untuk sekedar ketawa dengerin ibu-ibu keneknya ngomong "klamakhaaa lakhaaa...BTS kha....mo chit khaaaaa...chatuchak khaaa" . Yang lain udah nahan tawa, gue masih aja tak bersuara.
Untunglah akhirnya gue sadar. Gue ga boleh terus-terusan shock. Terima nasib. Kapan lagi kan jalan-jalan di negara yang super ini.
Sepanjang jalan kita bener-bener ga kuat nahan tawa. Ibu keneknya ngomong mulu. Belum lagi di samping kita ada yang lagi nelpon kenceng banget kayak orasi dalam bahasa Thailand.
Oya ternyata emang bener yang dibilang di blog-blog kalo Bangkok super macet. Adek kakak sama Jakarta. Kita baru sampai di Mo Chit 1.5 jam kemudian. Padahal kalo lancar cuma 45 menit (katanya~).
Shelter bus A1 ini tepat berada di depan BTS Mo Chit dan MRT Chatuchak Part (bagi yang mau naik MRT). Kita langsung menuju stasiun BTS.
Bagi yang belum tau, BTS adalah Bangkok Mass Transit System. Berbeda dengan MRT yang terletak di bawah tanah atau bisa disebut subway, BTS ini terletak di atas. Kebetulan karna BTS menjangkau semua destinasi yang kita mau, jadinya kita ga nyobain MRT nya. Kerjaan kita sehari-hari di sana adalah naik turun tangga BTS. Yes. Ga semuanya ada eskalator. Kebanyakan manual nih.
Selalu sedia counterpain.
Di stasiun BTS Mo Chit, kita langsung ke counter untuk membeli One Day Pass (ODP) seharga 140 THB. ODP ini bisa digunakan untuk unlimited ride selama seharian sampe pukul 24:00 di hari yang sama. Jadi, kalo beli jam 23:00 berarti cuma bisa dipake 1 jam.
Kegiatan pertama kita adalah nitip barang di Hostel soalnya jam check in masih lama.
Restiny Hostel
How to get there?Naik BTS dan turun di Phaya Thai Exit 1.
Take U-turn lalu jalan kaki sekitar 250m. Kira-kira 5 menit
Restiny Hostel tempat kita menginap |
Resepsionis hostel ini ada dari pukul 8:00-22:00. Pas kita ke sana, kita disambut oleh 2 orang Mba-Mba baik hati dan cantik (Ini bukan MasMbak lho ya. Yang asli juga ada yang cakep. xDDD). Namanya El dan mba-yang-namanya-ga-terlalu-ingatable. Berhubung belum bisa check in, jadi kita cuma nitipin barang di storagenya. Mereka dengan senang hati memperbolehkan. Karena capek, jadi ngaso dulu sejenak. Mba-mba resepsionis ini juga dengan sangat berbaik hati ngasih kita map Bangkok dan nunjukin tempat-tempat yang wajib dikunjungi serta tempat makan yang halal (ada di Soi 7) yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dari hostel. Ga nyangka hostelnya berada di lokasi yang strategis.
Review Hostel bisa lihat di SINI
Berbekal informasi tersebut, kita pun memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Kebetulan emang butuh asupan makanan. Lelah dan laper udah ga bisa dibedain lagi. Kita jalan kaki menuju Soi 7. Bener deket banget lho. Ga sampe 5 menit kita udah menemukan deretan restoran halal di pinggir jalan. Karena ada yang menarik dan juga menemukan resto yang direkomendasiin sama salah satu blogger, kita pun mampir. Apa yang terjadi?
Oh Damn!! Baru masuk dan belum ngapa-ngapain kita ber-4 (ya berempat. 2 lagi hidungnya super) udah nyaris muntah di sana. Ga sanggup nahan "Hoeeeeeek", kita memutuskan untuk keluar begitu saja. Entah bau apa itu. Tapi FYI, bau itu ada di tiap tempat makan yang kita lewati. Bau yang bikin radar hidung gue aktif lagi karna mengingatkan pada bau-bau Hong Kong. Tapi agak beda dikit.
Kalo dibilang bau masakan non-halal, ga mungkin. Soalnya ini kita berada di lingkungan halal food. Kayaknya sih ada rempah khas Thailand yang ga bisa diterima hidung dan perut kita ber-4. Iya ber-4 aja. 2 lagi kayaknya hidungnya terbuat dari lapisan baja. Bisa-bisanya tahan dengan bau itu. Ayo tebaaaak~ siapakah yang 2 itu? A, B, C, D, atau E? *game still be on guys*
Kita lanjut ke resto berikutnya. Dari luar bahkan udah kecium bau-bau aneh karna radar hidung udah aktif lagi. Sampai kita menemukan resto yang ga ada bau itu. Akhirnya kita bisa makan dengan tenang. Resto ini super recommended. Murah, Enak, dan yang paling penting bebas bau. Tom Yum dan Thai Tea nya mantaaaap. Setelah sekian lama rasanya ga ketemu nasi, finally bisa makan dengan lahap di sini. Untuk harga ga usah khawatir. Beneran murah. Udah makan proper plus Thai Tea gue cuma bayar 118 THB (sekitar 45 ribu).
Thai Tea |
P.S: Kalau mau pesen Thai Tea, cukup bilang Tea aja. Di Thailand, ga ada yang namanya Thai Tea. (Kayak di Padang, ga ada yang namanya Nasi Padang. Di Aceh ga ada namanya Mie Aceh.) Adanya Tea / Milk Tea aja. Kita pesen Thai Tea ga ada yang ngerti. xDD
Tenaga kembali pulih, kita pun lanjut ke destinasi selanjutnya.
Naik BTS turun di Saphan Taksin Exit 2.
Jalan menuju Sathorn Pier, dan naik Chao Phraya Boat (Flag Orange)
Turun di Wat Arun
Fare: 15 THB (Bayar di boat. Ada keneknya)
HTM Wat Arun: 50 THB
Kalo naik Chao Phraya Tourist Boat lebih mahal. Fare = 40 THB (Bayar di counter sebelum naik boat). Cuma emang sih kapalnya lebih bagus dan dia berhenti di spot-spot wisata dan isinya turis semua. Kalo boat lain buat local juga soalnya.
Kita naik yang Tourist Boat karna langsung ketemu sama counter boat tersebut dan yang antri dikit. Harusnya kita antri di sebelahnya aja. Antrian emang selalu panjang karna ongkos lebih murah.
Enaknya naik yang tourist boat adalah kita ga perlu cemas bakalan nyasar (tenang ada cermin kecemasan guys. Masih inget cermin kecemasan kan? xDDDD). Karna dia emang tujuannya cuma tempat wisata. Mengcover Wat Arun, Wat Pho, dan Grand Palace. Di atas boat juga full of tourist. Berasa banget kalo kita lagi jadi turis.
Sampai di Wat Arun, boat pun menepi ke dermaga. Satu per satu penumpang pun turun. Kita pun dengan riang gembira memasuki kawasan Wat Arun. Oya pas kita kesana, HTM nya free. Alhamdulillaaaah yah. Rejeki anak sholehah. Alokasi duit buat HTMnya bisa buat tambahan jajan.
Nih foto-foto ketje kita. Panas terik sekalipun ga membuat kita menyerah untuk mendapatkan foto yang upload-able
Setelah ngaso sejenak di warung di kawasan Wat Arun ini, kita pun antri untuk naik kapal. Dermaga tempat antrian ini bersebelahan dengan dermaga pas kita turun dari Chao Phraya Tourist Boat. Dengan PD-nya kita semua ikutan antri. Bayar boat ini pas di antrian sebelum kita naik. Ongkosnya 4 THB.
Tanpa bertanya sama petugas, kita pun ikut naik boat ini karna yakin boat akan membawa kita balik ke Sathorn Pier. Eh tapi kok arahnya bukan arah pulang ya? Mulai kebingungan dan akhirnya pun memberanikan diri buat nanya ke Pak Sopir(?). Ternyata boat ini hanya untuk pergi ke dermaga seberang. Untuk ke Sathorn Pier, berarti kita harus balik lagi ke Wat Arun. Yaudah kita pun ga turun dari boat. Boat kembali membawa kita balik ke Wat Arun. Sebelum berlabuh, gue kepikiran kayaknya kita beneran harus turun di seberang tadi. Soalnya dari blog yang dibaca, Wat Arun dan Dermaga Wat Pho (N8) memang saling berseberangan. Dan untuk balik ke Sathorn Pier, harus naik dari N8.
Sesampainya di dermaga Wat Arun, kita lagi-lagi mencoba untuk ga turun. Eh malah ditegur sama petugas. Haha ternyata harus turun dan beli tiket lagi guys. Yang tadi kayaknya karna ga ketahuan aja makanya bisa tetep duduk di boat. Kita pun turun dan memutuskan untuk balik lagi ke seberang yang artinya kita harus antri lagi. Kita ga dapet naik boat kloter pertama. Tapi kita jadi antrian pertama untuk giliran berikutnya. Sembari nunggu boat, kita pun nanya sama petugas yang ada. Untungnya dia ngerti sedikit-sedikit bahasa inggris. Dan ternyataaaaaaaaaaa~ untuk balik ke Sathorn Pier, ga bisa dari dermaga seberang. Dermaga itu cuma punya boat buat nyebrang ke sini. Kalau mau tetep ke seberang, kita harus jalan keluar dari dermaga trus jalan lagi ke dermaga sebelahnya (yang ternyata merupakan dermaga Grand Palace (N9)). Dari sana baru ada boat balik ke Sathorn. Kalau ga mau rempong, emang harusnya antri di dermaga tempat kita turun di awal. Kita pun balik badan keluar dengan teratur dari antrian itu. Hahahah bener-bener kayak Dumb and Dumber. Buang-buang duit 8 THB for nothing.
Kita lari-larian ke dermaga tempat kita turun di awal soalnya udah hampir pukul 15:30. Tadi sebelum ke sini kita sempat liat jadwal boat hari ini cuma sampai jam 15:30 dari Wat Arun. Pas banget di saat kita lari-larian itu, boat yang berbendera orange udah mau jalan. Untunglah pada akhirnya kita berhasil naik ke boat terakhir itu. Fiuuuuuuh~~
Sesampai di Sathorn Pier, kita pun lanjut ke Saphan Taksin naik BTS menuju hostel. Di hostel, kita check in, bayar hostel, Sholat Jamak Zuhur dan Ashar, bersih-bersih, dan istirahat sejenak.
Planningnya sore ini mau ke Choco Ville. Namun setelah dirembukkan akhirnya kita batal kesana. Selain hari yang udah sore, lokasinya yang jauh, tipenya juga mirip-mirip dengan destinasi yang ada di Hua Hin alias ala-ala eropa-nya.
Karna batal ke Choco Ville, kita pun langsung menuju Terminal 21 tentunya setelah menunaikan Sholat Maghrib sekalian Jamak dengan Isya. Anak sholehah cuy~
Terminal 21
How to get there?Naik BTS dan turun di Asok Exit 1
Terminal 21 langsung terintegrasi dengan exit ini.
Terminal 21 ini merupakan sebuah mall yang di desain seolah-olah kita berada di departure hall airport untuk menuju negara tertentu. Tiap lantai punya konsep negara yang berbeda.
Waktu makan malam pun tiba. Namun, rasanya ga sanggup untuk makan di sini. Bukan karna mahal (kita kan banyak duit fufufu) tapi karna hidung kita sungguh tak sanggup untuk menahan bau yang ada. Yaps bau yang gue ceritain di awal. Sumpah tersiksa banget pas lewat resto-resto di mall apalagi lewat food courtnya. Karna rasanya ga ada yang bisa dimakan, kita pun nyari tempat makan yang juga ada di Jakarta. Pilihan jatuh pada Pepper Lunch / Manhattan Fish soalnya kita lagi ga pengen KFC. Setelah dicari tau *sigh* tempatnya berada di antara food court. Jadi untuk kesana kita harus menghadang bau-bau itu. Ya Tuhaaaan~ kayaknya mending lewat kandang kambing deh daripada harus lewat sana. Karna ga mau mati nahan bau (ga cuma pas lewat, tapi juga bisa jadi sepanjang kita makan di sana), dengan terpaksa ujung-ujungnya kita makan di KFC.
Salah satu menu yang gue pesen:
Menu KFC sini lucu-lucu sih sebenernya dan yang terpenting adalah murah.
Setelah reload stamina, kita melanjutkan perjalanan ke Chatuchak Market. Baru kali ini gue ga sanggup lama-lama di mall.
Chatuchak (Weekend) Market
How to get there?Naik BTS dan turun di Mo Chit exit 1
Jalan kaki mengikuti keramaian. Semua orang dijamin ke arah Chatuchak Market
Mungkin banyak yang bertanya-tanya kok kita kesini hari Jumat sih? FYI, Chatuchak (Weekend) market ini selain buka hari Sabtu dan Minggu (dari pagi sampe malam), dia juga buka hari Jumat mulai pukul 18:00-24:00.
Tentu saja kita kesini niatnya untuk shopping. Beli kaos I <3 Bangkok, souvenir, snack dll. Namun, sekian lama berjalan menyusuri Chatuchak yang super panjang dan luas itu, kita ga menemukan satupun yang jual souvenir yang kita cari. Yang kita temui hanyalah pasar malam biasa padahal ini beneran udah di Chatuchak lho. Bener sih banyak yang jual pakaian dan makanan, tapi bukan pakaian yang cocok dijadiin souvenir ataupun oleh-oleh. Pasar ini cocok buat yang ingin belanja pakaian untuk dipakai sehari-hari atau yang pengen buka butik bisa borong segala model baju di sini. Memang lucu-lucu dan murah-meriah. Tapi gue masih super penasaran dimana lokasi beli souvenir yang dimaksud orang-orang.
Gue cuma belanja dikit di sini. Selain ga nemu yang bener-bener dicari, kita juga ga sanggup berlama-lama soalnya sepanjang jalan lagi-lagi harus menghadang bau-bau yang sampe detik ini pun gue bingung itu bau apa sebenernya.
Tanpa menghabiskan waktu lebih lama lagi di sana, kita memutuskan balik ke hostel dan istirahat karena besok akan menjadi perjalanan yang panjang. Kita akan ke luar kotaaaa~~asiiiiik~~~ luar kota-nya luar negeri euy.
Oya sebenernya tiap malem udah dijadwalin untuk kulineran. Namun terpaksa semua schedule kulineran dibatalin. Akhirnya kita cuma kulineran es krim di sevel. Es krim milo, kit kat, dan es krim lainnya. Thanks to bau legendaris. Kamu luar biasaaaaa~~
Well~ Jangan ganti channel ya...Petualangan kita belum berakhir.
Cheers
No comments:
Post a Comment