Apa yang terlintas di pikiran
teman-teman bila orang membahas Sumatera Barat (Sumbar)? Gue yakin yang ada
dipikiran 99.99% dari teman-teman adalah “Padang”. Well~~ 0.01% sisanya akan
menjawab “Nasi Padang”. Tetep aja kan ujung-ujungnya memberikan kesan bahwa
Sumbar itu tak lain dan tak bukan adalah “Padang”. Fenomena ini membuat hati
gue tergerak untuk bikin postingan ini. Mengklarifikasi pada dunia bahwa Sumbar
is not just about Padang. Ceileeeeeh~
Padang memang merupakan kota dengan luas wilayah
terbesar yang notabene juga merupakan Ibukota serta pusat pemerintahan di Sumbar.
Namun, bukan berarti semua wilayah di Sumatera Barat adalah Padang. Sumbar
punya yang namanya Batusangkar, Bukittinggi, Payakumbuah, Solok, Dharmasraya,
Pasaman, Pesisir Selatan, dan masih banyak kota lainnya yang punya keunikan,
sejarah dan budaya masing-masing, termasuk tempat wisata yang kalau dalam bahasa
sekarang dikenal dengan istilah Instagramable.
Berhubung tak akan cukup untuk membahas seluruh
tourism site yang ada di Sumatera Barat, pada postingan kali ini gue hanya akan
bahas tentang landmark Luhak Nan Tigo.
Apa itu Luhak Nan Tigo? Luhak Nan Tigo merupakan
wilayah pemukiman awal masyarakat Minangkabau, yaitu meliputi Luhak Tanah Datar,
Agam, dan Lima Puluh Kota. Oke…karna ini bukan pelajaran BAM (Budaya Alam
Minangkabau), Muatan Lokal gue jaman sekolahan * hahaha ketauan deh umurnya*, jadi gue ga akan jelasin panjang lebar tentang si Luhak Luhak ini. Googling
aje ye kalo masih penasaran ama kisah lengkapnya.
Nah, jika Sumbar termasuk dalam bucket list teman-teman, pastikan
untuk berkunjung ke wilayah representative Luhak Nan Tigo ini.
- Tanah
Datar (Batusangkar)
- Agam
(Bukittinggi)
- Lima
Puluh Kota (Payakumbuh)
Ga cuma keindahan alam yang disuguhkan namun juga negeri ini kaya akan wisata budaya dan kuliner pastinya. Tapi hati-hati ya, soalnya dijamin balik-balik berat badan bakal naik drastis. So don’t blame me. You’ve been warned anyway!!
Makin penasaran apa aja yang ada di sana? Yuk keliling
Luhak Nan Tigo
Let’s check
it out.
Istano Pagaruyuang - Batusangkar
Belum ke Sumatera Barat kalau belum berkunjung ke Istano Basa Pagaruyuang yang ada di kota Batusangkar.
How to get there?
Kalo gue mah tinggal naik ojek dari rumah 15 menit
juga nyampe. Hahahah
Nah, buat kalian yang mungkin dateng dari luar kota
atau bahkan luar provinsi dan luar pulau, ini dia tips-tipsnya:
- Dari BIM (Bandara Internasional Minangkabau), kalian bisa naik travel ke Batusangkar. Jarak Padang – Batusangkar sekitar 100 km. Perjalanan akan ditempuh selama 2.5-3 jam, dijemput dan diantar langsung sampai alamat tujuan. Kondisi jalanan lancar jaya ga kayak Jakarta yang unpredictable. Kecuali pas Lebaran ya~ itu bisa macet parah 8 jam ga nyampe-nyampe. xDD
- Recommended Travel: Ngalau Maimbau (+62812-6699-8517)
- Kalau buat penginapan gue ga bisa kasih rekomendasi karna rumah dan kampung halaman gue disini. Mungkin kalian bisa menginap di Hotel Pagaruyuang 2 atau Hotel Emersia Batusangkar. Kedua Hotel ini terletak di downtown Batusangkar. Mau kulineran tinggal ngesot ke pasar.
- Asumsi: Tempat menginap di 2 Hotel di atas. Dari Hotel, kalian tinggal naik ojek aja ke Istano Pagaruyuang. Ga perlu nunggu Grab, Uber atau Gojek diskon karna ojek di kampung gue ini 15rb aja udah termasuk kategori mahal.
Istano Basa Pagaruyuang atau lebih dikenal dengan sebutan Istano oleh warga Batusangkar, merupakan replika dari Istana Pagaruyuang jaman dahulu kala. Istana ini sudah dibangun beberapa kali karna sempat terbakar di tahun 1804 dan terkena petir pada tahun 2007.
Istano Pagaruyuang ini terdiri dari 3 lantai, dapur, ruangan untuk dayang-dayang, dan di halaman depannya terdapat lumbung padi yang juga berbentuk rumah bagonjong yang dinamakan rangkiang. Selain itu, di dalam Istano juga terdapat berbagai macam peninggalan budaya Minangkabau. Salah satunya adalah pakaian adat. Yaps, kalian bisa menyewa pakaian adat Minangkabau di Istano ini lengkap dengan suntiangnya.
Untuk Tiket Masuk:
Dewasa : 7000
Anak-anak: 5000
Turis Mancanegara: 12000
Puas berkeliling Istano, kalian bisa melanjutkan kulineran di Batusangkar.
Untuk Tiket Masuk:
Dewasa : 7000
Anak-anak: 5000
Turis Mancanegara: 12000
Puas berkeliling Istano, kalian bisa melanjutkan kulineran di Batusangkar.
- Ayam Penyet Bendungan (lokasi: dekat dengan Istano)
- Sate Piliang (Limo Kaum)
- Sate Mak Etek (Depan SMA 1 Batusangkar)
- Bakso Rejo (Pasar Batusangkar)
- Miso Tulang Limo Kaum
- Miso Ayam Bang Ris
- Martabak Kubang (Parak Jua, deket Hotel Pagaruyuang 2)
- Lamang Tapai (Pasar Batusangkar)
- Ikan Bakar Pondok Flora
- Dangau Sawah Tangah (Sungai Tarab)
- dan masih banyak lagi kulineran lainnya yang kalau di list mungkin ga kelar-kelar
Semua tempat menimbun lemak di atas gue jamin super duper legend, nikmat dan bisa dijangkau dengan ojek. Gue lebih rekomendasiin ojek sih dibanding angkot. Tapi kalau ramean mending sewa mobil sekalian biar gampang mobilisasi untuk lanjut keliling ke Bukittinggi dan Payakumbuh.
Jam Gadang - Bukittinggi
Lagi dan lagi, belum ke Sumatera Barat kalau belum berkunjung ke Jam Gadang, Big Ben kebanggaan masyarakat Minangkabau sekaligus landmark kota Bukittinggi
How to get there?
Accommodation
Bukittinggi merupakan salah satu kota wisata terkenal di Sumatera Barat, jadi untuk akomodasi sebenernya lebih gampang dan banyak tersedia di sini. Namun, dikarenakan kota favorit, jadi kayaknya akomodasi lebih mahal dibandingin daerah lain. That's why gue nyaranin nginepnya di Batusangkar. Murah meriah dan kalau mau keliling Luhak Nan Tigo juga tidak terlalu ribet.Fyi, Batusangkar - Bukittinggi = lebih kurang 35 Km.
Batusangkar - Kelok Sambilan Payakumbuah = 60an Km.
As you know, berkunjung ke Sumatera Barat pastinya tak bisa dipisahkan dengan wisata kulinernya doooong. Maka habis foto-foto di Jam Gadang, kalian bisa tinggal nyebrang dan makan di Simpang Raya. Yas ini adalah rumah makan favorit keluarga gue. Tiap kali ke Bukittingi pasti makan di sini. Ga ada makanan yang ga enak di sini. Trus bagi yang penasaran nyobain Teh Talua bisa pesen di Rumah Makan ini.
Simpang Raya di Bukittinggi ga kayak Simpang Raya / Sederhana / Bopet Mini di Jakarta kok. Makanannya super duper murah. Yang biasa hedon di Jakarta bakal berasa kaya raya kalau jalan-jalan di Sumatera Barat. Bila di Bopet Mini makan berdua kadang bisa habis 100an. Ini sekeluarga (asumsi 5 orang) udah nambah alias batambuah-tambuah cuma habis 150ribuan.
Selain hal di atas, yang super wajib dicoba kalo ke Bukittinggi adalah Nasi Kapau dan Pangek Ijau Koto Gadang. Duuuuuuh jadi laper ngebayanginnya.
Mari kita lanjut ke next landmark aja.
Jalan Layang Kelok Sambilan - Payakumbuh
Jalan Layang Kelok Sambilan merupakan landmark yang akhir-akhir ini lagi in. Kelok Sambilan ini sendiri adalah jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh, Sumatera Barat menuju Provinsi Riau. Dulu sebelum jalan layang ini dibangun, jalanan ini bener-bener berkelok-kelok sebanyak 9 kali. Semacam versi singkat dari Kelok 44 yang ada di Kab. Agam. Ga kayak sekarang, dulu kalau mau ke Riau bisa dibikin mabok kalau lewat sini gara-gara keloknya yang 9 kali, dan itupun ga nyante. Belum lagi diapit bukit dan di pinggirnya jurang.
How to get there?
Landmark udah, berarti sekarang giliran kuliner. Makanan yang harus dicicipin kalau ke Payakumbuah adalah Bubur Cido (hanya dijual sore hingga tengah malam di pinggir jalan utama kota Payakumbuh)
Okey~~~ tunggu apalagi...Ayo rencanakan liburan keliling Luhak Nan Tigo ini. Tak hanya menambah pengetahuan tentang budaya, tetapi juga nafsu makan.
Cheers,
Muthia